JAKARTA (HN) - Intensitas hujan yang kian meningkat sepanjang 2017 membuat harga gabah kian terperosok. Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan, tingginya kadar air dan ketiadaan pengering menjadi persoalan utama petani.
Kadar air, Henry menjelaskan, membuat tengkulak membeli gabah dengan harga rendah. Sementara petani, sambungnya, tak bisa menyimpan gabah basah karena rentan rusak.
Di Rembang, Jawa Tengah, Henry mencontohkan, harga gabah berkisar antara Rp 2.200 sampai Rp 3.000 per kilogram (kg). Harga gabah normal mencapai Rp 4.000 per kg. "Harga gabah di Bojonegoro dan Karawang juga anjlok," ungkap Henry kepada HARIAN NASIONAL di Jakarta, Rabu (22/2).
Penurunan harga, menurut Henry, telah terjadi sedari awal tahun. Kondisi ini, kata Henry, juga disebabkan tidak adanya penyerapan dari pemerintah, baik dari Badan Urusan Logistik (Bulog) atau koperasi.
Kedua instansi dinilai belum mampu mengolah gabah basah dengan kadar air di atas 21 persen. "Koperasi pun minim keberadaannya, jadi susah untuk menyerap gabah," tutur Henry.
Dalam catatan SPI, kondisi ini selalu terulang tiap tahunnya.
Pemerintah, Henry menyarankan, harus segera menguatkan fungsi Bulog untuk mencegah peristiwa terulang, termasuk membuat infrastruktur pengolahan pascapanen. Henry juga berharap dilakukan peningkatkan harga pembelian pemerintah (HPP).
Pemerintah, Henry menyarankan, harus segera menguatkan fungsi Bulog untuk mencegah peristiwa terulang, termasuk membuat infrastruktur pengolahan pascapanen. Henry juga berharap dilakukan peningkatkan harga pembelian pemerintah (HPP).
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mengungkapkan, di sejumlah sentra beras harga gabah kian turun. Di Lumajang, Jawa Timur, misalnya, sekadar Rp 2.700 per kg. "Padahal harga biasanya Rp 4.000 per kg. Sekarang di bawah HPP Rp 3.700 per kg," kata Said.
Alhasil, menurut Said, petani terpaksa menjual gabah kepada tengkulak dengan harga rendah. Kondisi ini, sambungnya, juga membuat kualitas beras menurun lantaran penjemuran gabah tak maksimal. "Kadar air tinggi membuat beras lebih kusam. Dari sisi rasa juga ada penurunan," jelas Said.
Alhasil, menurut Said, petani terpaksa menjual gabah kepada tengkulak dengan harga rendah. Kondisi ini, sambungnya, juga membuat kualitas beras menurun lantaran penjemuran gabah tak maksimal. "Kadar air tinggi membuat beras lebih kusam. Dari sisi rasa juga ada penurunan," jelas Said.
Harga gabah saat ini, Sekretaris Umum Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia Zikrullah mencatat, berada di level terbawah. Di Blora, Jawa Tengah, menurut Zikrullah, menjadi daerah dengan harga gabah kering terendah, berkisar Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per kg.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah sedang mempersiapkan skema penyerapan gabah, termasuk dalam kondisi basah. Pemerintah, ia memastikan, segera bergerak cepat untuk menyerap gabah langsung dari petani.
"Kami ingin agar seluruh pihak bisa membeli (gabah) secara langsung," kata Amran. Kementerian Pertanian, Amran melanjutkan, akan membuat tim khusus guna menyerap gabah.
Sumber: Harian Nasional