Ketika perubahan iklim melampaui prediksi ilmu pengetahuan, dan ketika ramalan cuaca tidak lagi menyuguhkan data yang akurat akan kapan rites tani dan tata laku tani harus di mulai dan jeda, maka jawabnya adalah kearifan lokal.
Unthuk Yuyu (omah yuyu sawah), adalah salah satu tanda tata laku tani sistem tadah hujan yang menjadi bagian dari diversitas kearifan lokal . Unthuk Yuyu merupakan bongkahan tanah liat padat berair yang diangkat oleh biota sawah bercangkang kerar. Kerap kali unthuk yuyu ini dijual di beranda pasar tradisional yg berguna utk melunakkan daun pepaya agar saat di masak menjadi lembut namun berserat. Namun fungsi untuk Yuyu ini tidak hanya sebatas instrumen melunakkan daun pepaya dg metode ramah lingkungan. Ternyata unthuk yuyu ini juga menjadi tanda alam kapan akan turun hujan dan pati sumber.
Memang belum banyak yang melakukan penelitian tentang tanda tanda akan turun hujan. Hanya saja, hampir semua petani di desa Pekalongan, kecamatan Winong, kabupaten Pati ini, percaya bahwa perilaku Yuyu ini menjadi pesan akan kapan akan segera dan lamanya turun hujan.
Lantas bagaimana pengetahuan lokal terhadap unthuk yuyu ini?
Ternyata cukup mudah. Ketika unthuk yuyu itu membentuk lubangan, maka tidak lama kemudian akan turun hujan. Sebaliknya, ketika unthuk yuyu ini menutup dan memang ditutup oleh yuyu, maka petani harus sabar menunggu lamanya waktu turun hujan.
Sungguh menarik ketika kita coba sejenak mengamati cara kerja biota sawah dan fungsinya terhadap tanda-tanda kapan turunnya hujan. Namun tentu saja, kearifan lokal ini perlu pendampingan dengan kajian ketat dari para peneliti dan penyuluh tani, khususnya mereka yang membaktikan diri pada kajian riset sawah tadah hujan.
Semoga kearifan lokal masyarakat tani tadah hujan ini tetap terjaga akan kedaulatan pengetahuan sistem taninya. Karena merekalah yang sebenarnya sangat berjasa terhadap ketersedian pangan bangsa, yang mana juga menjadi penyokong soko guru negara.
Salam sedulur tani (suhadi/2018)