KARAKTERISTIK TANAMAN KEDELAI
Kedelai (Glycine max L. Merill) merupakan tanaman
pangan yang dapat diolah untuk berbagai macam bahan pangan, seperti susu kedelai, tahu, kembang tahu, kecap, oncom, tauco, tempe, es krim, minyak makan, dan tepung kedelai. Selain itu, juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Biji kedelai mengandung protein nabati, karbohidrat dan lemak, juga mengandung fosfor, besi, kalsium, vitamin B dengan komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh manusia. Kedelai juga mengandung asam-asam tak jenuh yang dapat mencegah timbulnya arteri sclerosis yaitu terjadinya pengerasan pembuluh nadi (Taufiq dan Novo, 2004). Konsumsi kedelai dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan dapat meningkatkan gizi masyarakat.
Kebutuhan terhadap kedelai semakin meningkat dari
tahun ke tahun sejalan dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap makanan berprotein nabati. Sementara disisi lain produksi kedelai masih sangat rendah. Produksi kedelai tahun 2018 sebanyak 82,598 ton, sementara kebutuhan kedelai mencapai 2,5 juta ton (BALITKABI, 2018), sehingga kekurangan kedelai harus diimbangi dengan impor kedelai yang mencapai 70% dari kebutuhan kedelai nasional.
Kedelai (Glycine max L. Merill) bukan tanaman asli
Indonesia dan diduga berasal dari daratan pusat dan utara Cina dan menyebar ke kawasan Asia, khususnya Jepang, Indonesia, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Birma, Nepal, dan India pada abad pertama setelah masehi sampai abad penemuan (abad 15-16), bersamaan dengan semakin berkembangnya jalur perdagangan lewat darat dan laut (Adie dan Krisnawati 2013). Saat ini, tanaman kedelai telah berkembang dibanyak negara, bahkan negara Amerika dan sebagian Amerika Selatan merupakan produsen kedelai utama di dunia.
Kedelai termasuk famili Leguminosae, subfamili Papilionoideae dan merupakan salah satu tanaman pangan dengan kandungan protein tinggi dibandingkan dengan kacang-kacangan lain dan mempunyai prospek pemasaran lebih baik sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari berbagai jenis seperti kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau dan kedelai hitam (berbiji hitam).
Tanaman kedelai merupakan tanaman daerah
subtropis yang dapat beradaptasi baik di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman kedelai cocok ditanam di daerah
terbuka dan berhawa panas, terutama dataran rendah
sampai pada ketinggian 1.200 m dari permukaan laut.
Suhu optimum berkisar antara 25-30°C dengan kisaran
curah hujan 150-200 mm per bulan, lama penyinaran 12 jam per hari dan kelembaban rata-rata 65%.
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan syarat drainase dan aerasi tanah cukup
baik serta ketersediaan air yang cukup selama
pertumbuhan tanaman. Untuk tanah-tanah yang banyak mengandung pasir pertumbuhannya kurang baik, kecuali bila diberikan pupuk organik dan kapur pertanian dalam jumlah yang cukup, pH tanah yang cocok untuk kedelai adalah sekitar 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai masih dapat menghasilkan.
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak
tergenang, tetapi air tetap tersedia. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tanah untuk tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak masam pun kedelai dapat tumbuh, asalkan tidak tergenang air yang menyebabkan busuknya akar. Namun demikian, untuk dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan unsur hara dan bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki
daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik yang pada akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
Dokumentasi Tanaman Kedelai Pasca Panen Padi
Di Indonesia, kedelai umumnya diusahakan di lahan sawah setelah padi. Kondisi tanah yang tergenang (jenuh air) akibat air sisa penanaman padi atau air hujan sering menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas kedelai di lahan sawah. Genangan atau kondisi jenuh air disebabkan oleh kandungan lengas tanah yang berada di atas kapasitas lapang.
VARIETAS UNGGUL KEDELAI
Keberhasilan penanaman kedelai dipengarui oleh
beberapa faktor, satu diantaranya adalah varietas tanaman. Varietas tanaman dapat menunjang keberhasilan produksi tanaman kedelai. Varietas-varietas yang dianjurkan mempunyai kreteria-kreteria tertentu, misalnya umur panen, produksi tanaman per hektar dan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Penggunaaan varietas sesuai dengan kriteria varietas unggul dapat meningkatkan hasil tanaman kedelai (Marliah et al., 2012). Varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas pemerintah, yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan/atau sifat-sifat lainnya (Permentan No. 61/2011).
Pada kurun waktu tahun 1918 hingga 1982 Indonesia telah memiliki 12 varietas kedelai yang beragam
karakter morfologi dan adaptasinya, namun dengan ratarata hasil biji kurang dari 1,5 t/ha. Varietas yang dilepas setelah tahun 1982, mempunyai rata-rata hasil biji kedelai lebih tinggi yaitu 1,5 hingga 1,9 t/ha, dan mulai tahun 1995 hingga 2015 rata-rata hasil biji kedelai telah mencapai lebih dari 2 t/ha (BALITKABI, 2015). Varietas unggul yang dilepas di Indonesia cukup banyak, namun hanya sekitar 15% yang berkembang luas. Keadaan demikian terkait dengan arus informasi yang lambat, petani belum yakin akan keunggulan varietas baru, atau benih tidak tersedia ditempat produksi (Susanto dan Nugrahaeni, 2018).
Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman
yang peka terhadap perubahan kondisi iklim. Untuk kondisi lahan yang berbeda, pilihan varietas harus disesuaikan. Wilis merupakan varietas unggul kedelai yang banyak diminati petani. Wilis sangat populer ditingkat petani, antara lain karena sebelum tahun 1983 belum ada varietas unggul kedelai yang memiliki potensi hasil lebih dari 1,5 t/ha. Munculnya varietas unggul Wilis memberi harapan besar bagi petani saat itu, yaitu memiliki potensi hasil lebih dari 1,5 t/ha bahkan pada daerah produktif dapat mencapai
lebih dari 2 t/ha (Susanto dan Nugrahaeni, 2018).
Dokumentasi Benih Kedelai Varietas Grobogan (belum di Pilah)
Varietas unggul kedelai berbiji besar dan diminati
petani antara lain Anjasmoro, Argomulyo, Grobogan, dan Dega 1. Grobogan berasal dari hasil pemutihan ta-naman kedelai yang telah lama berkembang di daerah Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Grobogan. Varietas unggul Grobogan selain berbiji besar (>15 g/ 100 biji), juga berumur genjah yaitu ± 76 hari (di sekitar daerah Grobogan), memiliki hasil biji antara 2,3–3,4 t/ha, rata rata 2,7 t/ha. Dega 1 merupakan varietas yang berasal dari hasil persilangan untuk tujuan perbaikan varietas Grobogan. Varietas Dega 1 memiliki hasil rata-rata 2,78 t/ha dengan umur lebih genjah (rata-rata 71 hari) daripada varietas Grobogan. Varietas Anjasmoro memiliki warna biji kuning agak mengkilat, hilum berwarna cerah hal ini menjadi salah satu preferensi petani, disamping karena memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari varietas unggul yang dilepas sebelumnya. Anjasmoro cocok di daerah Lampung Tengah, Medan maupun Jambi, sedangkan Argomulyo dilaporkan sangat produktif di sentra kedelai di Nusa Tenggara Barat (Jafar, 2000). Meskipun berukuran biji kecil, varietas Gepak kuning dan Gepak ijo populer di sekitar Kabupaten Ponorogo. Petani memanfaatkan varietas tersebut sebagai bahan baku tahu maupun taoge (capar: bahasa Jawa).
DAFTAR PUSTAKA
Adie, M. dan A. Krisnawati. 2013. Biologi Tanaman
Kedelai. Dalam Kedelai:Teknik Produksi dan
Pengembangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 45-73
BALITKABI. 2018. Dukung Swasembada Kedelai 2018,
Lewat VUB Kedelai. Liputan Media
Jafar, A. G. 2000. Kedelai varietas unggul baru. Lembar
informasi pertanian (Liptan) IP2TP Mataram No.
07/Liptan/2000
Marliah, A., T. Hidayat dan M. Husna. 2012. Pengaruh
Varietas dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan
Kedelai (Glycine max ( L.) Merrill. Jurnal Agrista,
16(1): 22-28
Permentan 61/2011. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140 /10/2011 Tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas. 12 p
Subaedah, S. 2020. Peningkatan Hasil Tanaman Kedelai Dengan Perbaikan Teknik Budidaya. Fakultas Pertanian Universitas Muslim Makasar. Makasar.
Susanto, G.W.A., dan Novita Nugrahaeni, 2018.
Pengenalan dan Karakteristik Varietas Unggul Kedelai.
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp
Taufiq, T.M.M. dan I. Novo. 2004. Soybeans, Mung Beans and Yardlong Beans. Absolut Press. Yogyakarta.