serikatpetanirembang.com - Tanjung. Tradisi Ngalungi Sapi merupakan kebiasaan selametan atau hajatan dari masyarakat Jawa yang telah ada sejak lama hingga turun temurun dari generasi ke generasi khususnya di Kabupaten Rembang Kecamatan Sulang Desa Tanjung. Ritual ini biasa dilakukan dalam setahun dua kali yakni setelah masa panen ataupun masa tanam tiba. Hari pelaksanaanya juga telah ditentukan dan diyakini secara turun temurun sebagai hari terbaik yaitu pada hari jum'at pahing ataupun selasa kliwon dalam penanggalan kalender Jawa.
Ngalungi Sapi merupakan istilah jawa yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti mengalungkan sapi dengan sesaji berupa kupat atau ketupat dan lepet. Namun, di Tanjung prosesi kupat dan lepet yang telah diikat dengan jumlah yang tak ditentukan sesuai kehendak Pemilik sapi, hanya di usapkan dari kepala hingga ekor sapi dengan membaca doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa selama tiga kali kemudian sapi disuap lepet atau kupat untuk dimakan.
Di masa sekarang, Tradisi Ngalungi Sapi hanya dilakukan oleh beberapa warga saja khususnya di Tanjung Lor bagian barat yang masih memiliki ternak sapi atau rojokoyo dan itupun hanya dilaksanakan di rumah masing-masing. Tentu sudah ada pergeseran ritual pelaksanaannya yang sebelumnya diadakan bancaan secara bersama-sama dengan mengundang cah angon (anak muda penggembala) ataupun weweh/ater² (kirim makanan ke tetangga sekitar rumah atau saudara), "ungkap Karju.
Video dapat dibuka pada link Prosesi Ngalungi Sapi
Proses pelaksanaan ritual dimulai dengan memasak makanan kupat dan lepet yang terbungkus dari janur atau daun kelapa oleh para perempuan atau Ibu. Dan tentu dalam pandangan masyarakat Jawa, kupat lepet dan janur memiliki makna filosofis serta religius tersendiri.
Ritual Ngalungi Sapi merupakan wujud cinta kasih manusia kepada hewan ternak yang selama ini telah dimanfaatkan untuk menggarap lahan (membajak) ataupun hanya di ternak dalam kandang sebagai rojokoyo atau rajakaya atau harta yang sangat bernilai. Selain itu juga ritual ini sebagai wujud rasa syukur Peternak atas karunia Tuhan kepada sapi peliharaan yang senantiasa sehat beranak pinak dan berkah.
Proses ritual hanya dilakukan sepintas kepada masing-masing sapi dan diakhiri dengan pemberian makanan berupa pakan hijau, oleh Sadewo putra Karju.